Minggu, 29 September 2013

Konseling Humanistik


A.    Latar Belakang Teori  Konseling Humanistik
Aliran humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Maslow menyebutkan aliran humanistik sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri, yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.
B.     Konsep Utama Konseling Humanistik
ü Pandangan Tentang Manusia
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk dengan julukan “the self determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat. Pendekatan eksistensial humanistik berfokus pada manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu:

a.    Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b.    Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang yang menjadi atribut dasarbagi manusia.
c.    Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahw dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk yang rasional.
ü Ciri-Ciri Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
a.    Pendekatan humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan baru untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
b.    Pendekatan humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia
c.    Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yng efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
ü Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik

Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.

Adapun Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
·      Kesadaran Diri

Berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-aktivitas berpikir. Dengan demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam kehidupannya.
·      Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa mengatur kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
·      Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain

Meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya sendiri, yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian, mengalami aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
·      Pencarian makna Hidup
·      Kecemasan sebagai syarat hidup
·      Kesadaran atas kematian dan Non-ada

C.    Tujuan Konseling Humanistik
 Menurut Gerald Corey (2010) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik yaitu:
a.    Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
·       Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
·       Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
·      Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b.    Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.    Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.
D.    Proses Konseling Humanistik
·      Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
·      Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.
·      Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
·      Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling.
·      Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.
E.     Teknik Konseling Humanistik
Konseling humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.    Membina hubungan baik (good rapport)
2.    Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3.     Merangsang kepekaan emosi klien Membuat klien bisa
4.    mencari solusi permasalahannya sendiri.
5.      Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6.      Membuat klien menjadi adequate

F.     Sikap Konselor dalam Proses Konseling Humanistik
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial  humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan klien.
G. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Humanistik
Adapun kelebihan Konseling Humanistik adalah:
a.    Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b.     Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.    Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
Adapun kekurangan Konseling Humanistik adalah:
1.    Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.    Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.       Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis




Daftar Pustaka
Sudrajat , Akhmad. 2013. Konseling Humanistik  (artikel) tersedia di Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/01/28/humanistik/html
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama




Tidak ada komentar:

Posting Komentar