Senin, 30 September 2013

Konseling Gestalt

A.    Latar Belakang Teori  Konseling Gestalt
Penemu psikoterapi Gestalt adalah Frederick (Fritz) Perls dan mulai berkembang pada awal tahun 1950. Pendekatan Gestalt berfokus pada masa kini dan itu di butuhkan kesadaran saat itu juga. Kesadaran ditandai oleh kontak, penginderaan, dan gairah. Kontak dapat terjadi tanpa kesadaran, namun kesadaran tidak dapat dipisahkan dari kontak.
Menurut Geralt Corey dalam bukunya (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi) mengatakan bahwa terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi yang mengharuskan individu menemukan jalannya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
B.     Konsep Utama Konseling Gestalt
ü Pandangan Tentang Manusia
Konsep dasar pendekatan Gestalt adalah Kesadaran, dan sasaran utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Menurut buku M.A Subandi (psikoterapi, hal. 96) kesadaran meliputi:
1.    Kesadaran akan efektif apabila didasarkan pada dan disemangati oleh kebutuhan yang ada saat ini yang dirasakan oleh individu
2.   Kesadaran tidak komplit tanpa pengertian langsung tentang kenyataan suatu situasi dan bagaimana seseorang berada di dalam situasi tersebut.
3.   Kesadaran itu selalu ada di sini-dan-saat ini. Kesadaran adalah hasil penginderaan, bukan sesuatu yang mustahil terjadi.
Menurut Geralt Corey, dalam terapi Gestalt terdapat juga konsep tentang urusan yang tak terselesaikan, yaitu mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, sakit hati, kecemasan rasa diabaikan dan sebagainya. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan dan fantasi tertentu. Karena tidak terungkap dalam kesadaran, perasaan itu tetap tinggal dan dibawa kepada kehidupan sekarang yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.
C.    Ciri-Ciri Pendekatan Gestalt

ü Asumsi perilaku bermasalah Konseli
Asusmsi perilaku bermasalah pada konseling gestalt karena terjadinya pertentangan antara kekuatan “top dog” dan “under dog”. Top dog adalah posisi kuat yang menuntut, mangancam sedangkan under dog adalah keadaan membela diri, tidak berdaya dan pasif. Individu bermasalah karena ketidakmampuan seseorang dalam mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya karena disebabkan mengalami kesenjangan antara masa sekarang dan masa yang akan datang.
Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
  • Kepribadian kaku (rigid)
  • Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
  • Menolak berhubungan dengan lingkungan
  • Memeliharan unfinished bussiness
  • Menolak kebutuhan diri sendiri
  • Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.
D.    Tujuan Konseling Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya. Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
·      Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas.
·      Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
·      Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
E.     Proses Konseling Gestalt
Proses konseling Gestalt dapat ditinjau dari fase-fase berikut:
·      Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
·      Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu : Membangkitkan motivasi klien,Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
·      Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
·      Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
F.     Teknik Konseling Gestalt
Teknik-teknik yang biasanya dipakai dalam Konseling Gestalt  yaitu:
·      Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.
·      Teknik Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun ke dalam suatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Gejala-gejala dan tingkah laku sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasari. Jadi konselor bisa meminta klien memainkan peran yang bertentangan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya atau pembalikan dari kepribadiannya.
·      Bermain Proyeksi
Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
·      Tetap dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapi mendesak klien untuk tetap atau  menahan perasaan yang ia ingin hindari itu.



G.    Sikap Konselor dalam Proses Konseling Gestalt
Sikap Konselor dalam Proses konseling Gestalt yaitu:
1.      Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.
2.      Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
3.      Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunujk non verbal.
4.      Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa mereka.
H.    Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Gestalt
Kelebihan dari konseling gestalt adalah:
§  menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
§  Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
§  Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
§  Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
§  Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelebihan dari konseling gestalt adalah:
§  Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
§  Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
§  Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
§  Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
§  Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.















Daftar Pustaka
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama





Minggu, 29 September 2013

Konseling Behavioral

A.    Latar Belakang Teori  Konseling Behavioral  
Pendekatan konseling behavioral ini berhubungan dengan skinner, Pavlov yang mana pada penemuan itu selalu mengembangkan yang namanya stimulus dan respon. Pada tahun 1927 penerjemahan karya Pavlov kedalam bahasa Inggris mendorong pengambilalihan pendekatan behavioristik dalam mempelajari psikologi amerika serikat. Salah satu study yang paling penting adalah hal ini adalah yang dilakukan oleh Wathson dan Ray yang menggunakan seorang anak kecil membuktikan bahwa rasa takut itu dipelajari.
B.     Konsep Utama Konseling Behavioral
o  Pandangan Tentang Manusia
1.    Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh penguatan (reinforcement)
2.    Lebih menenkankan pada studi objek individual dibandingkan generalisasi kecenderungan kelompok
3.    Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentukknya perilaku dibandingkan motivasi dalam diri
ü Ciri-Ciri Pendekatan Behavioral
o   Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah.
o   Perubahan-perubahan  khusus  terhadap  lingkungan  individual  dapat membantu  dalam  merubah  perilaku-perilaku  yang  relevan;  prosedur-prosedur  konseling  berusaha  membawa  perubahan-perubahan  yang relevan dalam perilaku konseli dengan merubah lingkungan.
o   Prinsip-prinsip  belajar  sosial,  seperti misalnya  “reinforcement”  dan  “social modeling”,  dapat  digunakan  untuk  mengembangkan  prosedur-prosedur konseling.
o   Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan  konseling yang diberikan.
o   Prosedur-prosedur  konseling  tidak  statik,  tetap,  atau  ditentukan sebelumnya,  tetapi  dapat  secara  khusus  didisain  untuk  membantu  konseli dalam memecahkan masalah khusus.
ü Asumsi Perilaku Bermasalah konseling behavioral
Konsleing behavioral digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan perilaku-perilaku maladaptif. perilaku yang bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.  Sedangkan menurut Feist & Feist (2008: 398) menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat meliputi:
1.    Perilaku terlalu bersemangat yang tidak sesuai denga situasi yang dihadapi, tetapi mungkin cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya.
2.    Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang         tidak diinginkan terkait dengan hukuman.
3.    Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli yang tidak diinginkan.
4.    Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam respon-respon-respon menipu diri.
C.    Tujuan Konseling Behavioral
Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :
1.      Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
2.      Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
3.      Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
4.      Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5.      Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
6.      Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
D.    Proses Konseling Behavioral
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Deskripsi langkah-langkah konseling sebagai berikut :
Ø Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
Ø Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a.    Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b.    Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
c.    Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien.
Ø Penerapan teknik konseling, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
Ø Evaluasi  dan Pengakhiran,  Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Dalam hal ini konselor dan konseli mengevaluasi implementasi teknik yang telah dilakukan serta menentukan lamanya intervensi dilaksanakan sampai tingkah laku yang diharapkan menetap.
E.     Teknik Konseling Behavioral
Adapun Teknik-teknik dalam Konseling Behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk pola tingkah laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.
1.      Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna diantaranya un tuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkap afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konsealor dan diskusi-diskusi kelompok
2.      Desensitisasi Sistematis
Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks 
3.      Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.


F.     Sikap Konselor dalam Proses Konseling Behavioral
Konselor dalam pendekatan konseling behavioral adalah aktif dan direktif, dan berfungsi sebagai konsultan dan problem solvers. Konselor behavioral berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli yang membantu konseli dalam mendiagnosis dan melakukan teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang diharapkan, sehingga mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive. Konselor harus dapat menjadi model bagi konseli, karena salah satu hal mendasar dalam pendekatan ini adalah bagaimana konseli belajar perilaku baru dengan imitasi. Yang harus diperhatikan oleh konselor dalam proses konseling behavior adalah:
1.    Mengaplikasikan  prinsip  dari  mempelajari  manusia  untuk  memberi fasilitas  pada  penggantian  perilaku  maladaptif  dengan  perilaku  yang  lebih adaptif.
2.    Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.
G.    Kelebihan Dan Kekurangan Behavioral
Kelebihan konseling Behavioral adalah :
  • Dengan memfokuskan pada perilaku khusus bahwa klien dapat berubah, konselor dapat membantu klien kea rah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus dilakukan sebagai bagian dari proses konseling.
  • Dengan menitikberatkan pada tingkah laku khusus, memudahkan dalam menentukan kriteria keberhasilan proses konseling
  • Memberikan peluang pada konselor untuk dapat menggunakan berbagai teknik khusus guna menghasilkan perubahan perilaku.
Kekurangan Konseling Behavioral adalah :
·           Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri
·           Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam interaksinya dengan konselor.
·           Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang memiliki permasalahan yang tidak dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang jelas.
·           Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.

















Daftar Pustaka
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama