A.
Latar
Belakang Teori Konseling Behavioral
Pendekatan konseling behavioral ini
berhubungan dengan skinner, Pavlov yang mana pada penemuan itu selalu
mengembangkan yang namanya stimulus dan respon. Pada tahun 1927 penerjemahan
karya Pavlov kedalam bahasa Inggris mendorong pengambilalihan pendekatan
behavioristik dalam mempelajari psikologi amerika serikat. Salah satu
study yang paling penting adalah hal ini adalah yang dilakukan oleh Wathson dan
Ray yang menggunakan seorang anak kecil membuktikan bahwa rasa takut itu
dipelajari.
B.
Konsep
Utama Konseling Behavioral
o Pandangan
Tentang Manusia
1.
Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus,
akan tetapi lebih kuat oleh penguatan (reinforcement)
2.
Lebih menenkankan pada studi objek individual
dibandingkan generalisasi kecenderungan kelompok
3.
Menekankan pada penciptaan situasi tertentu
terhadap terbentukknya perilaku dibandingkan motivasi dalam diri
ü
Ciri-Ciri Pendekatan Behavioral
o
Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu
dapat dirubah.
o
Perubahan-perubahan khusus terhadap
lingkungan individual dapat membantu dalam
merubah perilaku-perilaku yang relevan;
prosedur-prosedur konseling berusaha membawa
perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku konseli dengan merubah
lingkungan.
o
Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti
misalnya “reinforcement” dan “social modeling”,
dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur
konseling.
o
Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari
perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari
layanan konseling yang diberikan.
o
Prosedur-prosedur konseling tidak
statik, tetap, atau ditentukan sebelumnya, tetapi
dapat secara khusus didisain untuk membantu
konseli dalam memecahkan masalah khusus.
ü Asumsi
Perilaku Bermasalah konseling behavioral
Konsleing behavioral digunakan
untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan perilaku-perilaku
maladaptif. perilaku yang bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknai
sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak
tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan menurut Feist & Feist (2008: 398)
menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat meliputi:
1. Perilaku terlalu bersemangat yang tidak
sesuai denga situasi yang dihadapi, tetapi mungkin cocok jika dilihat
berdasarkan sejarah masa lalunya.
2. Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan
terkait dengan hukuman.
3. Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli
yang tidak diinginkan.
4. Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam
respon-respon-respon menipu diri.
C.
Tujuan
Konseling Behavioral
Tujuan konseling behavioral berorientasi
pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :
1. Menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
2. Penghapusan hasil
belajar yang tidak adaptif
3. Memberi pengalaman
belajar yang adaptif namun belum dipelajari
4. Membantu konseli
membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5. Konseli belajar
perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
6. Penetapan tujuan dan
tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli
dan konselor.
D.
Proses
Konseling Behavioral
Proses
konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar
tersebut. Deskripsi langkah-langkah konseling sebagai berikut :
Ø Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk
mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan
kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah
laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk
mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment
diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih
sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
Ø
Goal setting, yaitu langkah untuk
merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai
dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang
dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki
sebagai hasil konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan klien.
Ø Penerapan teknik konseling, yaitu menentukan dan
melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
Ø Evaluasi
dan Pengakhiran, Evaluasi
konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Tingkah laku
konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Dalam hal ini konselor dan
konseli mengevaluasi implementasi teknik yang telah dilakukan serta menentukan
lamanya intervensi dilaksanakan sampai tingkah laku yang diharapkan menetap.
E. Teknik Konseling Behavioral
Adapun
Teknik-teknik dalam Konseling Behavioral didasarkan
pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk pola tingkah
laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat
dibentuk.
1.
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan
untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini
terutama berguna diantaranya un tuk membantu individu yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkap
afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan
peran dengan bimbingan konsealor dan diskusi-diskusi kelompok
2. Desensitisasi Sistematis
Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks
Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
F.
Sikap
Konselor dalam Proses Konseling Behavioral
Konselor
dalam pendekatan konseling behavioral adalah aktif dan direktif, dan berfungsi
sebagai konsultan dan problem solvers. Konselor behavioral berperan sebagai
guru, pengarah, dan ahli yang membantu konseli dalam mendiagnosis dan melakukan
teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang
diharapkan, sehingga mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.
Konselor harus dapat menjadi model bagi konseli, karena salah satu hal mendasar
dalam pendekatan ini adalah bagaimana konseli belajar perilaku baru dengan
imitasi. Yang harus diperhatikan oleh konselor
dalam proses konseling behavior adalah:
1.
Mengaplikasikan prinsip dari
mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada
penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku
yang lebih adaptif.
2. Menyediakan sarana
untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan seseorang dari
perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan
nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang
dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan
kebaikan masyarakat secara umum.
G.
Kelebihan
Dan Kekurangan Behavioral
Kelebihan konseling Behavioral adalah :
- Dengan
memfokuskan pada perilaku khusus bahwa klien dapat berubah, konselor dapat
membantu klien kea rah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus
dilakukan sebagai bagian dari proses konseling.
- Dengan
menitikberatkan pada tingkah laku khusus, memudahkan dalam menentukan kriteria
keberhasilan proses konseling
- Memberikan
peluang pada konselor untuk dapat menggunakan berbagai teknik khusus guna
menghasilkan perubahan perilaku.
Kekurangan Konseling Behavioral adalah :
·
Kurangnya kesempatan bagi klien
untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri
·
Kemungkinan terjadi bahwa klien
mengalami “depersonalized” dalam interaksinya dengan konselor.
·
Keseluruhan proses mungkin tidak dapat
digunakan bagi klien yang memiliki permasalahan yang tidak dapat dikaitkan
dengan tingkah laku yang jelas.
·
Bagi klien yang berpotensi cukup
tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap
banyak dari konseling behavioral.
Daftar Pustaka
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar