A. Konsep Dasar Terapi Rasional Emotif (TRE)
TRE adalah
aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berpikir rasional
dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan
mengaktualkan diri. TRE sangat didaktis, sangat direktif, dan memiliki
kepedulian yang seimbang antara pikiran dan perasaan. TRE berdasarkan pada
asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan
memiliki hubungan sebab akibat yang timbal balik.
Adapun
konsep dasar TRE yang di kembangkan oleh
Albert Ellis adalah sebagai berikut:
1. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
Reaksi emosional yang sehat maupun tidak sehat, bersumber dari pemikiran itu.
2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional.
Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari
gangguan emosional.
3. Pemikiran irasional bersumber pada disposisi lewat pengalaman
masa kecil dan pengaruh budaya.
4. Pemikiran dan emosi tidak
dapat di pisahkan
5. Berfikir logis dan tidak
logis dilakukan dengan simbl-simbol bahasa.
6. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu
mengatakan sesuatu yang terus menerus pada dirinya.
7. Pemikiran tak logis-irasional dapat di kembalikan kepada
pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak
dan merendahkan diri melalui emosionalnya.
Jadi dapat disimpulkan
bahwasanya TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk
berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia
memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir
dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan
mengaktualkan diri.
B. TRE dan Teori Kepribadian
Pandangan teoritis tentang ciri-ciri tertentu kepribadian dan tingkah
laku berikut gangguan-ganguannya memisahkan terapi rasional emotif dari teori
yang melandasi sebagian besar pendekatan terapi lainnya. Rangkuman pandangan
TRE Pandangan terapi emotif tentang manusia adalah sebagai berikut:
Ø
Neorosis, yang
didefinisikan sebagai “berfikir” dan bertingkah laku irasional, adalah suatu
keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua.
Ø
Psikopatologi padamulanya
dipelajari dan diperhebat oleh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang
berasal dari orang-orang berpengaruh selama masa kanak-kanak.
Ø
Emosi-emosi adalah produk
pemikiran manusia, jika berpikir buruk tentang suatu,maka kitapun akan
merasakan suatu hal yang buru. Ellis mengatakan bahwa gangguan emosi pada
manusia pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti keliru,tidak
logis dan tidak bisa disahihkan,yang diyakini secara degmatis dan tanpa kerik
terhadapnya,orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai sampai ia
sendiri kalah.
C. Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan
praktek terapi rasional emotif. Yang
dimaksud teori A-B-C adalah:
a.
Antecedent event (A) yaitu
segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu
yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian
suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
b.
Belief (B) yaitu keyakinan,
pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational
belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang
tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang
tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah,
tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
c.
Emotional
consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya
dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung
dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan
(B) baik yang rB maupun yang iB.
Contoh: jika seorang mengalami depresi sesudah
perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi
depresif,melainkan keyainan orang itu tentang perceraian sebagai
kegagalan,penolakan atau kehilangan teman hidup.
D. Karakteristik Konseling TRE
Ø
Hakikat Konseling
1.
Prosedur ilmiah, didalam hubungan
konseling terapi rasional emotif ini dilakukan dalam proses formal,
berstruktur, dan berencana. Prosedur ini terutama sekali diterapkan untuk
menantang falsafah yang cenderung mengalahkan diri sendiri dan anggapan irasional
yang tidak dapat dibuktikan. tepatnya pada proses kepribadian komponen.
2.
Proses edukatif-redukatif, pada
dasarnya rasional-emotif terapi menekankan penataan kembali kognisi
(pandangan). Konseling dipandang secara luas sebagai upaya mendidik atau
menstruktur kembali emosi dan intelektual yang selama ini dianggap kurang logis.
3.
Rational-emotif terapi
menekankan proses insight, didalam proses penyembuhan, perbaikan ataupun
perubahan maka harus dilalui suatu tahapan.
4.
Aktif-directif, artinya dalam hubungan
konseling, konselor lebih aktif dalam membantu mengarahklan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya
5.
Kognitif-rasional, artinya
hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari konseli dan
berintikan pada pemecahan masalah yang rasional.
Ø
Konselor
Seperti kita ketahui, kegiatan utama
konseling rational-emotif terapi adalah membebaskan konseli dari ide-ide dan
pemikiran-pemikiran yang tidak logis dalam dirinya. Hal ini berarti dibantu
dengan jalan melatih dan mengajarnya untuk menginternalisasi nilai-nilai dan
pandangan hidup rasional.adapun peran Konselor menurut Akhmad Sudrajat (2012) adalah:
1.
Konselor lebih edukatif-direktif
kepada konseli.
2.
menggunakan pendekatan yang dapat memberi
semangat dan memperbaiki cara berpikir konseli, kemudian memperbaiki mereka
untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan
bahwa ide irasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional konseli.
3.
Mendorong konseli menggunakan
kemampuan rasional dari pada emosinya
4.
Menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis
menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir
secara irasional.
Ø
Konseli
Peran konseli dalam terapi terapi hampir
sama dengan seorang “siswa”. Proses konseling dapat dipandang sebagai proses
“re-edukatif” yang mana klien belajar cara mengaplikasikan pemikiran logis
untuk memecahkan masalahnya. Pengalaman yang harus dimiliki klien ialah
pengalaman masa kini dan di sini (here dan now experiences) dan kemampuan klien
untuk mengubah pola berpikir dan emosinya yang keliru. Adapun pengalaman yang
sentral adalah bagaiman ia menemukan kesadaran diri dan pemahaman (insight).
E. Tujuan Konseling TRE
Ø
Tujuan Umum
1.
Memperbaiki dan mengubah sikap,
persepsi, cara berfikir, keyakinan dan pandangan-pandangan yang irasional dan
ilogis menjadi rasional dan logis agar konseli dapat mengembangkan dirinya,
meningkatkan aktualisasinya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan
efektif yang positif.
2.
Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
diri sendiri, seperti: rasa benci, rasa takut, bersalah, rasa berdosa, rasa
cemas, was-was, dan marah sebagai konsekwensi keyakinan yang keliru dengan jalan
mengajar dan melatih konseli untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara
rasional dan membangkitkan kepercayaan, serta nilai-nilai kemampuan diri
sendiri.
Ø
Tujuan Khusus
1.
Self-interest atau social-interest,
yaitu memberikan kemungkinan kepada konseli untuk mereorganisasikan persepsinya
sendiri terhadap dirinya sehingga menumbuhkan diri sekaligus minat sosial
individu.
2.
Self-direction, yaitu mendorong klien
untuk mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti bahwa konseli harus menghadapi
kenyataan-kenyataan hidupnya dengan tanggung jawab sendiri bukan bergantung
atau minta bantuan orang lain.
3.
Tolerance, tujuannya yaitu
mendorong dan membangkitkan rasa toleransi konseli terhadap orang lain,
meskipun ia bersalah. Menghargai orang lain sangat diperlukan karena tidak ada
orang yang sempurna di dunia ini.
4.
Acceptance of uncertaintly,
yaitu memberikan pemahaman yang rasional kepada konseli untuk menghadapi
kenyataan-kenyataan hidup secara logis dan tidak emosional.
5.
Flexible, yaitu mendorong konseli
agar luwes dalam bertindak secara intelektual, terbuka terhadap suatu masalah
sehingga dapat diperoleh cara-cara pemecahannya yang mendatangkan kepuasan
kepada klien sendiri.
6.
Commitment, yaitu
membangkitkan sikap objektivitas dan komitmen klien untuk menjaga keseimbangan
dalam lingkungannya.
7.
Scientific thinking, yaitu
berfikir rasional dan objektif, bukan hanya terhadap orang lain melainkan juga
terhadap dirinya sendiri.
8.
Risk-thinking, yaitu
mendorong dan membangkitkan sikap keberanian dalam diri sendiri (konseli) untuk
mengubah nasibnya melalui kehidupan yang nyata, meskipun belum tentu berhasil.
9.
Self-acceptance, penerimaan
diri terhadap kemampuan dan keyakinan diri sendiri dengan rasa gembira dan
senang secara eksistensial adalah sikap positif dan merupakan sasaran bagi
konseling rasional terapi pula.
10.
Mekanisme penggubahan, konselor
harus menciptakan suasana yang hangat dan penuh pengertian, dan yang paling
penting adalah menumbuhkan pengertian konseli bahwa mereka harus berpikir secara rasional
intelektual menurut dirinya sendiri.
F.
Tahap-Tahap Konseling TRE
Tahap-tahap konseling
RET adalah sebagai berikut:
1. Proses untuk
menunjukkan kepada konseli bahwa dirinya
tidak logis, membantu mereka memahami bagaimana dan mengapa menjadi demikian,
dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional itu tidak dengan
kebahagiaan dan gangguan emosional yang di alami.
2. Membantu
Konseli meyakini bahwa berfikir dapat ditentang dan diubah. Kesediaan konseli
untuk di eksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami oleh konseli dan konselor mengarahkan pada konseli untuk
melakukan disputing terhadap keyakinan konseli yang irasional
3. Membantu
konseli lebih mendebatkan (disputing) gangguan yang tidak tepat atau tidak
rasional yang dipertahankan selama ini menuju berfikir yang lebih rasional.
G. Teknik Konseling TRE
Adapun teknik konseling TRE secara umum adalah:
a.
Teknik
emotif-eksperiensial/evokatif, teknik ini dipakai untuk mengurangi atau
menghilangkan gangguan-gangguan emosional atau perasaan yang merusak diri
sendiri yakni:
1.
Teknik Teknik assertive training,
yaitu teknik yang dipakai untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien agar
secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku tertentu yang
diinginkan.
2.
Teknik sosiodrama, yaitu teknik
yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien
(terutama perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan
sehingga klien bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulis maupun
melalui gerakan-gerakan dramatis. Teknik ini dilakukan untuk melatih perilaku
verbal dan non verbal yang diharapkan dari siswa. Dengan teknik ini diperlukan
seorang konselor yang ahli di bidang bahasa.
3.
Teknik self-modeling, yaitu teknik
yang digunakan dengan meminta klien berjanji atau mengadakan komitmen dengan
konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. Dalam teknik
modeling ini klien diminta terus-menerus menghindarkan dirinya dari perilaku
negatif.
4.
Teknik imitasi, yaitu teknik yang digunakan
dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus model perilaku
tertentu dengan maksud mengkonter perilakunya sendiri yang negatif.
b.
Teknik kognitif
1.
Pekerjaan rumah, teknik ini
merupakan prasyarat baagi konseling selanjutnya. Dalam teknik ini konseli diberi tugas-tugas rumah untuk berlatih
membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang
menentukan pola perilaku yang diharapkan. Mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Adapun pelaksanaanya harus dilaporkan oleh
konseli kepada konselor pada sesi berikutnya. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap bertanggung jawab, percaya pada diri sendiri,
kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan mengelola diri.
2.
Teknik bibliotherapy, teknik ini digunakan untuk membongkar
akar-akar keyakinan yang irasional dan ilogis dalam diri konseli serta melatih
konseli berfikir rasional dan logis dengan mempelajari bahan-bahan yang dipilih
dan ditentukan oleh konselor. Teknik ini dilakukan dengan menugaskan konseli ke
perpustakaan atau mempelajari bahan bacaan yang tersedia di rumah.
3.
Teknik diskusi, teknik ini hampir
sama dengan teknik di atas namun dilakukan dalam suatu kelompok diskusi.
Melalui teknik ini konseli dapat
mempelajari pengalaman-pengalaman orang lain serta dapat menimba berbagai
informasi yang dapat mempengaruhi dan mengubah keyakinan serta cara berfikir
yang irasional dan tidak obyektif.
4.
Teknik simulasi, teknik ini digunakan untuk
memberi kemungkinan kepada klien mempraktekan perilaku-perilaku tertentu
melalui kondisi simulatif yang mendekati kenyataan.
5.
Teknik gaming, teknik ini
digunakan untuk melatih konseli menempatkan pada peran tertentu.
Referensi:
Corey,
Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Http://
Teknik Konseling Rational Emotiv Terapi _ komunitasdorohoncu.html diakses 14
April 2013
http://www.akhmadsudrajat.com.
Diakses 14 April 2013