Minggu, 29 September 2013

Konseling Psikoanalisa


A.   Filsafat Dasar Pendekatan Psikoanalisa
Psikoanalitik Sigmund Freud merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang manusia, dan metode psikoterapi. Secara historisnya, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme dan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Sigmund Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala. Sumbangan-sumbangan utama bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup:
1.    Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami.
2.    Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
3.    Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa depan
4.    Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan.
5.    Teori psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analis atas mimpi-mimpi, resistensi dan transferensi.
B.  Konsep Utama Pendekatan Psikoanalisis
ü Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis. Yang meliputi
a.         Id
Adalah sistem kepribadian yang orisinil, tempat bersemayamnya naluri-naluri. Id bersifat tidak logis, amoral dan didukung oleh satu kepentingan yaitu hanya memuaskan kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan.



b.    Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur. Tugas utama ego adalah mengendalikan naluri-naluri dengan lingkungan sekitar.
c.    Superego
Superego adalah moral individu, mengatur baik atau buruk, benar atau salah tindakan individu. Superego berfungsi menghambat menghambat impuls-implus id.

ü Pandangan sifat manusia
Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan biologis dan naluriah, dan peristiwa psikoseksual selama lima tahun pertama dari kehidupan.

ü Kesadaran dan Ketaksadaran
Kesadaran dan Ketaksadaran Merupakan kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah-masalah kepribadian. Kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa manusia. Ketaksadaran tidak bisa dipelajari secara langsung, ia bisa dipelajari dari tingkah laku. Konsep ketaksadaran mencakup:
1.        mimpi-mimpi, yang merupakan representasi simbolik dari kebutuhan, hasrat-hasrat, konflik tak sadar.
2.        Salah ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal
3.        Sugesti-sugesti pasca hipnotik
4.        Bahan-bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas
5.        Bahan yang berasal dari teknik proyektif.

ü Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil. Kecemasan terbagi tiga yaitu:
1.    Kecemasan  realistk, adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
2.    Kecemasan neurotik, ketakutan terhadap tidak terkendalinya nalur-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya.
3.    Kecemasan moral, adalah ketakutan terhadap diri sendiri atau merasa berdosa jika melakukan sesuatu hal yang berlawanan dengan kode moral yang dimiliknya.

ü  Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Beberapa bentuk mekanisme pertahann ego adalah:
1.      Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “ menutup mata” terharap keberadaan kenyataan yang mengancam. Misalnya sering dimanifestasikan oleh penyangkalan terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
2.         Proyeksi.
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat entu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Jadi dengan proyeksi seseorang akan mengutuk orang lain karena “kejahatannya” dan menyangkal memiliki dorongan jahat.
3.         Fiksasi
Fiksasi maksudnya adalah menjadi terpaku pada tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
4.         Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar. Contohnya anak yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku seperti menangis, bersembunyi dan lain-lain.
5.    Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera, sehingga kenyataan yang dapat mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
6.    Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
7.    Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi pada objek atau orang lain apabila objek asla atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau .
8.    Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang trumatis atau bisa membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada kesadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.
9.    Formasi Reaksi
Formasi Reaksi adalah tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.

ü Perkembangan Kepribadian
Sumbangan yang berarti dari model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa. Pemahaman terhadap pandangan psikoanalitik tentang perkembangan adalah hal yang esensial jika seorang konselor menangani para kliennya secara mendalam. Se anak
a.    Tahun Pertama Kehidupan: Fase Oral
Dari lahir sampai usia satu tahun eseorang bayi menjalani fase oral. Tugas utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yakni percaya kepada orang lain, kepada dunia dan kepada diri sendiri.
b.    Pentingnya Perkembangan awal

c.    Usia satu sampai tiga tahun: Fase Anal
Fase anal memilikii arti penting bagi pembentukan kepribadian.pada fase anal dipastika akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya.
d.   Usia tiga tahun sampai lima tahun: Fase Falik
Fase dimana ketika kesanggupan-kesanggupan untuk berjalan, berbicara, berpikir, dan mengendalikan otot-otot berkembang pesat. Fase falik adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa  ketika anak mengenal standar moral.

C.    Tujuan Pedekatan Konseling Psikoanalisa
Tujuan khusus Psikoanalisa adalah membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal-hal yang tidak disadari. Untuk itu klien akan dibawa mundur kepada pengalaman masa kank-kanaknya yang kemudian pengalaman tersebut akan dianalisis dan ditafsirkan sehingga terjadilah rekkonstruksi kepribadian pada diri klien (Lubis, 2010)

D.    Hubungan Teurapetik
Proses teurapetik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lalu direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
·      Fungsi dan peran terapis
Terapis mempunyai fungsi dalam menganalisis dan menafsirkan proyeksi-proyeksi dari klien. Analisis adalah berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional. Pengalaman klien dalam terapi, klien harus melibatkan seluruh diri dalam proses terapi yang intensif dan berjangka panjang.
·      Hubungan antara Terapis dan Klien
Hubungan klien dengan analisis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalitik. Transferensi adalah mendorong klien untuk  mengalamatkan pada analisis “urusan yang tidak selesai”, yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lampau dengan orang yang berpengaruh.
Hasil dari hubungan  teurapetik adalah klien memperoleh pemahaman terhadap psikodinamika tak sadarnya. Klien mampu memahami asosiasi antara pengalaman masa lampau dengan kehidupan sekarang.
                                 
E.     Teknik-teknik Terapi Psikoanalisa
Konselor harus perlu mengetahui teknik-teknik terapi psikoanalisa untuk mencapai tujuan psikoanalisis yakni mencapai kesadaran klien, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan memahami makna berbagai gejala. Adapun teknik-teknik terapi Psikoanalisa adalah:
1.    Asosiasi Bebas
Teknik utama terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. analisis meminta pada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran yang melintas dalam pikirannya. Asosiasi bebas adalah metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lampau.
2.    Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Fungsi penafsiran adalah mendorong untuk mengasimilasikan bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran analisis menyebabkan pemahaman pada pihak klien.
3.    Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atau beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.  Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari.


4.    Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagi dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagi pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan. Penafsiran analisis atau resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan yang ada dibalik resistensi sehingga klien bisa menanganinya.
5.    Analisis dan penafsiran Transferensi
Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalisa. Dalam analisis transferensi mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi memungkinkan klien mampu menembus konflik di masa lampau yang tetapp dipertahankan hingga sekarang sehinggam menghambat menghambat pertumbuhan emosionalnya.

F.     Penerapan Kepada Masalah
Pendekatan psikoanalisa di peruntukkan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan tingkah laku dan sifat  klien sebagai manusia . Yang ditunjukkan melalui simptomatologi yang ditampilkan klien. Masalah-masalah tersebut berkaitan dengan pengaruh atau dampak dari struktur kepribadian kesadaran dan ketaksadaran, kecemasan, mekanisme pertahanan ego dan pengaruh perkembangan kepribadian. Yang semuanya merupakan konsep utama penyusun pendekatan psikoanalisa.






G.    Kesimpulan
Pendekatan Psikoanalisa merupakan sebuah sistem rinci tentang perkembangan kepribadian. Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu id, ego dan superego. Ketiga struktur tersebut diyakini terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun. Konsep-konsep utama dalam pendekatan psiko analisa adalah :
ü Struktur Kepribadian
ü Pandangan sifat manusia
ü Kesadaran dan Ketaksadaran
ü Kecemasan
ü Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego
ü Perkembangan Kepribadian
Tujuan dari pendekatan psikoanalis adalah menggali ketaksadaran dan bekerja kearah pengubahan kepribadian. Psikoanalisa memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual utuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber dan fungsi simptomatologi yang tampil dari klien. Adapun teknik-teknik pendekatan psikoanalisa adalah:
ü  Asosiasi Bebas
ü  Penafsiran
ü  Analisis Mimpi
ü  Analisis dan Penafsiran Resistensi
ü  Analisis dan penafsiran Transferensi.

H.    Daftar Pstaka
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Namora Lumongga Lubis. 2001. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar